Selasa, 01 Mei 2018

Urgensi Memahami Zeitgeist anf Cuktur Gebudenheid

Urgensi Memahami Zeitgeist anf Cuktur Gebudenheid

gugur geger nusanara, kesalahan penetapan jiwa zaman dalam sejarah juga akan menyebabkan kesalahan dalam memaknai budayanya. Pura tua yang ada di bungkulan dan sekitarnya menggunakan pagu utama zaman Jayapangus, ketika beliau berusaha keras melegitimasi diri dan istrinya masih tetap menjadi dewa (dalam kultus dewa raja), sebagai akibat dirinya menikahi seorang putri bhuda, sehingga hampir sebagian besar prasasti yang diterbitkan/ diberikan pada desa-desa tua (banwa) mencantumkan kedua istrinya. Pantai Utara Bali pada abad ke-12 menjadi daerah yang paling dihegemoni melalui agama dan adat ketika abad ke-12 itu. Sedangkan pengaruh Majapahit sangat terlambat terjadi di daerah yang ada di bawah kuasa Raden Wijaya. Seperti daerah Tuban (Lasem), Bali Utara (wilayah Pabali), Madura, Sumatra (daerah Pamalayu), termasuk daerah Blambangan. Mengapa demikian dapat dipahami dari pendirian Majapahit didalangi oleh Arya Wiraraja, dan Raden Wijaya adalah bonekanya. Sedangkan  daerah-daerah  yang disebutkan di atas adalah daerah pertahanan dalam menghadapi Raja Mongol yang beragama Bhuda Mahayana memuja kekuatan untuk persiapan perang, sama dengan sekta yang berkembang di tiongkak ketika itu. Persoalan perbedaan pemujaan menjadi simbol aeng, beda dengan di Tibet yang berbendtuk cinta  kasih, merupakan persoalan tersendiri. Semoga jiwa zaman ini dapat dipahami mengapa di pantai Utra Bali berkembang hiridasi Hindu-Bhuda yang direliefkan serem-serem, di samping keindahan pelinggih yang tersisa di Bali Utara, tertutama di Bungkulan. Untuk dapat lebih paham, alangkah baiknya dikonekkan pengkajiannya ke Banwa Menyali (Menyali, Sekumpul, Galungan, dan Lemukih, nampaknya di masa lalu empat desa ini menjadi satu banwa secara politik, sedangkan Bungkulan merupan salah satu bagian terkait dengan nyegara-gunung ketika itu. dugaan saya ini  masih berupa asumsi setelah membaca apa yang dikerjakan Iwan Pranajaya, dkk yang mengegerkan< maaf menunggu waktu saya akan coba teliti, dan mencoba membaca perlambang yang ada di pura-pura tua itu, untuk dapat memberikan pandangan sejarah sistem religi di Bali Utara khususnya di Bungkulan.   (Pagah, 2018)