MELACAK DINAMIKA TEORI KRITIS DI BEBERAPA NEGARA TERMASUK INDONESIA
BAGIAN I.
MELACAK DINAMIKA TEORI KRITIS DI BEBERAPA NEGARA
TERMASUK INDONESIA
1.1 PENGANTAR PELACAKAN
Berikut dilacak perkembangan
teori kritis dimulai dari Jerman, Inggris, Prancis, Amerika, dan Indonesia,
secara garis besar. Ini penting diketahui untuk memosisikan kajian kita ada
pada mazab mana kalau dilihat dalam sejarahnya, untuk dapat memfokuskan kajian
Pustaka dan kajian teoretis dalam penelitian kajian budaya secara umum baik
budaya kontemporer maupun budaya tradisional.
1.1.2
Teori Kritis di Jerman (Frankfurt
School, 1923)
Teori kritis pertama
muncul di Jerman, memiliki sejarah panjang dan kompleks, dengan beberapa
tahapan penting dalam kronologis perkembangan sbb.:
- Frankfurt School (1920-an - 1940-an): Teori Kritis modern dimulai dengan pendirian
Institut untuk Penelitian Sosial di Frankfurt, Jerman, pada tahun 1923.
Kelompok ini terdiri dari beberapa intelektual, seperti: Max
Horkheimer, Theodor W. Adorno, Herbert Marcuse, Walter Benjamin, dan Erich
Fromm. Mereka mengembangkan kritik terhadap masyarakat kapitalis
dan pemikiran ilmiah tradisional. Mereka menekankan pentingnya memahami
hubungan antara budaya, ideologi, dan kapitalisme dalam analisis sosial.
- Mengkritik Ilmu Pengetahuan
Positivis (1940-1950-an): Dalam periode
ini, Frankfurt School menekankan kritik terhadap pendekatan ilmu
pengetahuan yang terlalu positivistik. Mereka mengkritik pandangan bahwa
pengetahuan ilmiah netral dan objektif, dan menggarisbawahi bahwa
pengetahuan juga dipengaruhi oleh kekuasaan dan ideologi. Buku seperti
"Dialectic of Enlightenment" karya Adorno dan Horkheimer
menyoroti alienasi, manipulasi budaya, dan kehilangan
kebebasan individua di dalam masyarakat kapitalis modern di Eropa.
- Mengkritik Masyarakat Konsumen (1960- 1970-an): Pada periode ini, beberapa anggota Frankfurt
School, seperti Herbert Marcuse, memperluas analisis mereka ke
dalam kritik terhadap masyarakat konsumen. Mereka menganggap konsumerisme
sebagai bentuk kontrol sosial yang menghambat daya kritis dan perubahan
sosial. Marcuse menekankan betapa pentingnya pembebasan individu dari dominasi
budaya massa dan kebutuhan primer (hanya sekadar kebutuhan perut) dalam
mencapai masyarakat ideal yang lebih adil.
- Kajian Budaya Kritis (1980-an - sekarang): Perkembangan terakhir dalam teori kritis di
Jerman melibatkan kajian budaya kritis. Sarjana seperti Jürgen Habermas
dan Axel Honneth memainkan peran penting dalam mengembangkan
konsep-konsep, seperti "Tindakan Komunikatif" dan
"pengakuan terhadap sebuah keberadaan" dalam konteks interaksi
sosial. Mereka menggabungkan pemikiran kritis dengan teori sosial untuk
menganalisis ketidaksetaraan, kekuasaan, dan konflik-konflik yang ada di
masyarakat.
Perkembangan teori kritis di Jerman ini hanya merupakan
gambaran singkat dari tahap-tahap penting dalam sejarahnya. Penting untuk
dicatat bahwa teori kritis terus berkembang dan bercabang menjadi berbagai
aliran dan perspektif yang beragam.
1.1.2 Dinamika Teori Kritis di Inggris (Bermingham School)
Perkembangan teori
kritis di Inggris telah menjadi salah satu bagian penting dalam tradisi
pemikiran sosial dan politik di negara tersebut. Teori kritis di Inggris
dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran penting, seperti: Marxisme,
strukturalisme, dan posmodernisme.
Di Inggris, teori kritis juga berkembang melalui
kontribusi-kontribusi penting dari tokoh-tokoh seperti Stuart Hall dan
Raymond Williams. Stuart Hall, yang dikenal sebagai pendiri Cultural
Studies di Inggris, memperluas konsep-konsep Marxisme ke dalam analisis
budaya, media massa, dan identitas. Pemikirannya menyoroti pentingnya studi
budaya dalam memahami politik, rasisme, dan konflik sosial yang terjadi di
Inggris. Karena Inggris raya juga setiap saat kena teror dari negara bagian di Irlandia
Utara. Munculnya konsep teror (membuat ketakutan public) adalah bentuk
perlawanan kelompok minoritas tertindas, untuk menunjukkan keberadaannya dia melakukan
“Tindakan-tindakan nekat di luar kemanusiaan” sehingga menakutkan bagi publik.
Raymond Williams tokoh pemikir yang memberikan
kontribusi penting dalam mengembangkan teori kritis di Inggris melalui
pemikiran tentang budaya dan kesadaran kelas. Williams menekankan
pentingnya memahami budaya sebagai suatu proses yang melibatkan interaksi
antara struktur sosial dan agen individu (penonjolan agen dan struktur) yang
saling mempengaruhi. Pemikirannya menyoroti kompleksitas hubungan antara
budaya, kekuasaan, dan perubahan sosial.
Selain itu, terdapat pula pengaruh besar dari feminisme
dalam perkembangan teori kritis di Inggris. Banyak feminis Inggris seperti Judith
Butler, bell hooks, dan Angela McRobbie telah memperluas dan memperkaya
pemahaman teori kritis, dengan
menampilkan dan menganalisis isu-isu gender, seksualitas, dan
patriarki dalam konteks sosial dan politik. Bagi yang mengkaji gender dan
fiminisme dapat melacaknya dari sini, kemudian ke Amerika.
Perkembangan terbaru dalam teori kritis di Inggris juga
mencerminkan pergeseran ke arah kajian postkolonial dan dekolonisasi.
Akademisi seperti Homi K. Bhabha dan Gayatri Chakravorty Spivak, telah
berkontribusi dalam menganalisis dominasi kolonial, perbedaan budaya, diskriminasi,
dan identitas dalam kerangka teori kritis.
Secara keseluruhan, perkembangan teori kritis di
Inggris telah melibatkan perluasan dan pembaruan konsep-konsep Marxisme,
analisis budaya, pemikiran feminis, serta pengaruh postkolonial dan
dekolonisasi. Kontribusi-kontribusi ini terus membentuk pemahaman kritis
terhadap masyarakat, budaya, dan politik di Inggris dan juga di negara lain di seluruh
dunia.
1.1.3
Dinamika Teori Kritis di Prancis
Perkembangan teori kritis di Prancis juga memiliki pengaruh yang
signifikan dalam tradisi pemikiran sosial dan politik. Berikut adalah beberapa
perkembangan penting dalam teori kritis di Prancis:
- Strukturalisme: Salah satu kontribusi terbesar Prancis dalam teori kritis adalah
munculnya aliran strukturalisme, yang dipelopori oleh tokoh seperti Claude
Lévi-Strauss dan Roland Barthes. Strukturalisme menekankan pentingnya
struktur dalam memahami realitas sosial dan budaya. Pendekatan ini
membantu membentuk pemahaman kritis terhadap bahasa, mitos, simbol, dan
sistem-sistem sosial.
- Michel Foucault: Foucault adalah seorang filosof dan sejarawan Prancis yang telah
memberikan kontribusi besar dalam teori kritis. Pemikirannya berfokus pada
analisis kekuasaan dan pengetahuan, serta bagaimana kekuasaan beroperasi
dalam institusi-institusi sosial seperti penjara, klinik psikiatri, dan
lembaga pendidikan. Konsep-konsep seperti: arkheologi dan genealogi
pengetahuan, "biopower", dan "pantauan"
(surveillance) telah menjadi karya-karya klasik dalam teori kritis.
- Poststrukturalisme: Prancis juga merupakan tempat lahirnya aliran poststrukturalisme
yang penting dalam teori kritis. Tokoh-tokoh seperti Jacques Derrida,
Jean Baudrillard, dan Gilles Deleuze telah memberikan kontribusi dalam
memperluas pemahaman tentang bahasa, kuasa, identitas, dan realitas
sosial. Mereka menantang pemikiran strukturalis tradisional dengan
mengkritik konsep-konsep seperti kebenaran tunggal, oposisi biner, dan
stabilitas.
- Teori Kritis di Prancis: merupakan pengaruh teori kritis Frankfurt juga dapat dirasakan di
Prancis. Banyak karya Frankfurt School yang diterjemahkan dan dibahas
secara luas di Prancis, seperti karya-karya Theodor Adorno dan Herbert
Marcuse. Kontribusi Frankfurt School dalam memahami alienasi, industri
budaya, dan kritik terhadap kapitalisme telah mempengaruhi pemikiran
kritis di Prancis.
- Feminisme Prancis: Seperti di Inggris, feminisme juga telah memberikan kontribusi
penting dalam perkembangan teori kritis di Prancis. Feminis Prancis
seperti Simone de Beauvoir dan Luce Irigaray telah mengembangkan
analisis yang mendalam tentang gender, tubuh, dan kekuasaan dalam
konteks sosial dan budaya. Selain itu, teori queer juga telah
berkembang di Prancis dengan pemikir seperti Judith Butler dan Eve
Kosofsky Sedgwick yang menyoroti kompleksitas identitas seksual
dan penolakan terhadap norma-norma biner yang mengidealkan kesetaraan.
Perkembangan teori kritis di Prancis ditandai oleh
kontribusi-kontribusi penting dalam strukturalisme, pemikiran Foucault,
poststrukturalisme, pengaruh teori kritis Frankfurt, serta pemikiran feminis
dan queer. Kontribusi-kontribusi ini telah membentuk pemahaman kritis tentang
masyarakat, budaya, kekuasaan, dan identas di Prancis dan seluruh dunia.
1.1.4
Dinamika Teori Kritis di Amerika
Perkembangan teori kritis di
Amerika telah memainkan peran penting dalam pemikiran sosial dan politik di
negara ini. Berikut adalah beberapa perkembangan penting dalam teori kritis di
Amerika:
1.
Postmodernisme dan Poststrukturalisme: Amerika
Serikat telah menyumbangkan kontribusi yang signifikan dalam pengembangan
pascamodernisme dan poststrukturalisme dalam teori kritis. Tokoh-tokoh seperti Jacques
Derrida, Michel Foucault, dan Jean-François Lyotard banyak dipelajari dan
diterapkan dalam konteks akademik Amerika. Konsep-konsep seperti dekonstruksi,
relasi kuasa, dan narasi dominan dan sebagainya telah memberikan
wawasan baru dalam analisis teori kritis di Amerika.
2.
Kajian Budaya (Cultural Studies): Kajian Budaya
telah menjadi bagian penting dalam perkembangan teori kritis di Amerika.
Pemikir seperti Stuart Hall dan Lawrence Grossberg telah memainkan peran
sentral dalam mengembangkan pendekatan kritis terhadap budaya populer, media
massa, dan identitas budaya. Kajian Budaya di Amerika juga sering berfokus
pada isu-isu ras, kelas, gender, dan seksualitas dalam konteks Budaya Pop
Kontemporer.
3.
Kritis Rasial: Di Amerika Serikat, teori kritis
telah berkembang dengan sangat erat dengan kritik rasial. Pemikir
seperti W.E.B. Du Bois, Bell Hooks, dan Cornel West telah mengembangkan
pemahaman kritis tentang rasisme, supremasi kulit putih, dan sistem
ketidaksetaraan rasial di Amerika Serikat. Kontribusi-kontribusi mereka
membantu membangun teori dan analisis yang menggali lebih dalam tentang
pengaruh ras dalam masyarakat dan kehidupan sehari-hari.
4.
Feminisme dan Studi Gender: Amerika juga
memiliki kontribusi yang signifikan dalam pengembangan teori kritis feminis dan
studi gender. Feminis seperti Judith Butler, Bell Hooks, dan Kimberlé
Crenshaw telah memberikan pemahaman yang mendalam tentang konstruksi sosial
gender, seksualitas, dan interseksionalitas. Konsep-konsep seperti
performativitas gender, reproduksi budaya, dan teori interseksionalitas telah menjadi landasan teori kritis
feminis di Amerika.
5.
Teori Kritis dalam Ilmu Sosial: Amerika juga
melihat pengembangan teori kritis dalam disiplin ilmu sosial seperti sosiologi,
antropologi, ilmu politik, dan ekonomi. Beberapa tokoh terkemuka seperti Herbert
Marcuse, Jürgen Habermas, dan Nancy Fraser telah memberikan kontribusi
dalam memperluas dan menerapkan pemikiran kritis dalam analisis sosial,
politik, dan ekonomi.
Perkembangan teori kritis di
Amerika mencerminkan pengaruh yang luas dari aliran-aliran pemikiran seperti pascamodernisme,
poststrukturalisme, kajian budaya, kritis rasial, feminisme, dan studi gender.
Teori kritis di Amerika telah memberikan wawasan kritis yang mendalam tentang struktur
sosial, kekuasaan, identitas, dan ketidaksetaraan dalam konteks Amerika
Serikat dan juga dalam skala global.
1.1.5
Teori Postkolonial
Teori Poskol/pascakolonial
adalah kerangka pemikiran yang muncul setelah periode kolonisasi dan bertujuan
untuk memahami dampak kolonialisme serta melibatkan refleksi kritis terhadap
warisan kolonial dalam konteks artefact, politik, sosial, budaya, dan
intelektual. Teori pascakolonial mengkritik dominasi dan penindasan yang
dilakukan oleh kekuatan kolonial, serta menyoroti peran penting identitas,
budaya, dan perbedaan dalam analisis kekuasaan dan ketimpangan di dunia bekas
jajahan pascakolonial. Banyak budaya setelah masa kolonial dihidupkan Kembali
setelah merdeka, terkadang menampilkan wujud budaya “lebih kolonialis dari
kolonial, lebih belnda dari belanda, lebih feudal dari zaman kerajaan”. Butuh
kesadaran kritis dalam budaya, politik, ekonomi, dan praktik budaya lainnya.
Awal perkembangan teori
pascakolonial sering dikaitkan dengan karya-karya pemikir seperti Frantz
Fanon, dan Edward Said. Pemikiran Fanon, seperti yang terdokumentasikan
dalam karya monumentalnya "The Wretched of the Earth"
(1961), memperlihatkan pengaruh yang kuat dalam teori pascakolonial. Fanon
menyoroti pengaruh psikologis dan identitas dalam konteks kolonialisme,
dan mengajukan gagasan tentang pembebasan dan pembentukan identitas
dalam perjuangan melawan kolonialisme.
Edward Said, dalam
karyanya yang terkenal "Orientalism" (1978),
mengeksplorasi konstruksi budaya Barat terhadap Timur atau 'Orient'. Said
mengkritik pandangan Orientalisme yang dikembangkan oleh penulis Barat sebagai
bentuk dominasi dan representasi yang merendahkan. Karya tersebut mendorong
analisis yang lebih kritis terhadap narasi (seluruh warisan kolonial) dan stereotipe yang
telah terbentuk dalam hubungan antara Barat dan Timur.
Perkembangan teori pascakolonial
tidak terbatas pada karya-karya Fanon dan Said, tetapi juga melibatkan
sumbangan pemikir lainnya seperti Homi K. Bhabha, Gayatri Chakravorty
Spivak, dan banyak lainnya. Mereka berkontribusi dalam mengembangkan
pemahaman yang lebih dalam tentang identitas, budaya, rasisme, seksisme,
kapitalisme pascakolonial, dan interseksionalitas.
Perkembangan teori pascakolonial
terjadi di berbagai disiplin ilmu, termasuk studi budaya, sastra, sejarah,
antropologi, dan ilmu politik. Teori pascakolonial juga menjadi landasan
bagi gerakan pembebasan, kajian subaltern, dan kajian poskolonial yang
berfokus pada memahami dinamika kekuasaan dan ketimpangan yang masih ada dalam
konteks pasca-kolonial di seluruh dunia.
1 Komentar:
ทางเข้าpg soft slots games มีเกมให้สำหรับทุกคน PG SLOT แล้วก็ทุกๆรสนิยม คณะทำงานของพวกเราได้ปรับปรุงฟีพบร์มากหลายแบบเพื่อตอบรับกับเกมเมอร์ทุกแบบเพื่อทุกคุณได้รับประสบการณ์ที่ดี
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda