Senin, 16 November 2015

Sejarah Gunung Tertinggi di Bali

1. Gunung Beratan Purba

Menurut ahli geologi Gunung Beratan Purba merupakan Gunung tertinggi di Bali di masa purba atau jutaan tahun lalau. Gunung tertinggi di Bali itu meletus sehingga memenggal puncaknya. Letusan gunung tertinggi itu meninmbulkan tiga lubang kepundan yang menjadi danau Tamblingan, Bulian, dan Beratan. Kepundan paling curam adalah kepundan Danau Tamblingan, sedangkan yang paling landai dan besar adalah Danau Beratan. Sekitar gunung beberapa juta tahun kemudian menjadi danau dan memberikan sumber air dan makanan bagi manusia Bali. 

2. Daerah Hulu Bali Utara 
Danau Bulian memberikan rembesan ke Bali Utara menjadi sumber munculnya mata air yang berlimpah di daerah Buleleng Tengah, sehingga Danau Tamblingan menjadi hulu dari Bali Utara. Air sebagai sumber kehidupan menjadikan berbagai usaha untuk menyelamatkan dan memelihara sumber mata air itu dengan berbagai ritual yang diwarisi oleh masyarakat di Bali Utara, terutama oleh Banwa Gobleg, Gesing, Munduk dan Una Jero. Banwa sebagai sistem pengorganisasian masyarakat pakraman sudah terbentuk sebelum datangnya pengaruh Hindu ke Bali. Banwa itu disebut juga dengan istilah Catur Desa, dengan Gobleg sebagai tempat pemukiman pemimpinnya yang diwarisi hingga kini menjadi Klan Gusti Agung Gobleg. Dari sini juga dapat dipahami mengapa raja Panjisakti menyebut dirinya sebagai Gusti (bukan Arya Majapahit, tetapi gusti dalam konteks kaula-gusti/ patron klan). 

Banwa Gobleg dengan sisten Nyaturnya dijadikan pakraman, merupakan sari filsafat hidup manusia Bali dalam memahami 'Catur Sanak' sebagai penjaga Banwa/desa pakraman Gobleg. Gobleg yang berasal dari kata gobed dapat dipahami dari Nama Pasek Gobed yang merupakan Pacek/paku/Hamengku Bwono Gobleg setelah desa ini berpindah dari daerah sekitar Danau Tamblingan yaitu di Dalem Gobleg. Dengan sistem religi yang dimiliki berciri zaman batu besar, dan zaman Batu Baru disebut Pelinggih Celak Kontong Lugeng Luwih (celak/purusha; Lugeng sama dengan lubang/pradana). Pusat persembahyangan ini dipergunakan sebagai sarana memohon kesuburan, hujan, anak dan sebagainya. Dalem dalam konteks ini adalah kedatuan/keratuan (Keraton), di sekitarnya bermukim para pendukungnya yaitu kelompok Jempeng Waisnawa (sekta Wisnu), Jempeng Brahma Dewa (Pande Besi), Ciwa-Bhuda (kasogatan) (cf. Prasasti Endek terbaru). 

Ikatan empat pakraman catur Desa Gobleg tidak dapat ditambahkan Desa pakraman baru, kalau mau sisa sistem pemerintahan kuno itu dapat dijadikan sumber belajar sistem pemerintahan pakraman bangsa Melayu. Adanya issu menambahkan satu pakraman Tamblingan, dapat dikatakan akan menghilangkan keseimbangan Catur Sanak yang dijadikan ideologi dalam pembangunan pemukiman Banwa Goleg di masa lalu. 

Kesakralan sekitar Danau Tamblingan bukan hanya menjadi kepentingan keseimbangan Banwa Gobleg, tetapi juga keseimbangan hidrasi air di Bali Utara. Kelestarian alam, hutan, air dan ekosistem lainnya di Danau Tamblingan sangat terkait dengan keseimbangan Bali Utara. Bencana kekeringan, ditentukan oleh kelestarian daerah hulu Bali Utara, karena memiliki hubungan kausalitas dengan persediaan air di Bali Utara. banyaknya Sungai mati di Bali Utara, dapat dijelaskan dengan seksama melalui siklus hujan, fungsi hutan lindung, dan atau terutama dampak terhadap global worning. perhatian, menjaga, melestarikan daerah Bulian Tablingan bukanlah hanya menjadi perhatian Pakraman Banwa Gobleg, tetapi juga harus menjadi konsen daerah Bali Utara, terutama daerah Buleleng Tengah. 

3. Faktor Perusak Daerah Hulu
Faktor perusak daerah hulu Bali Utara dan termasuk juga daerah Bali Selatan adalah faktor penyebab munculnya kekeringan, tercemarnya air tiga danau itu, dunia pariwisata, pembentukan pakraman baru, pengembangan pemukiman/objek wisata di daerah sakral sekitar Danau Tamblingan, Bulian dan Beratan. Pemukiman terkait dengan pencemaran, desakralisasi, dan penggundulan hutan sebagai akibat pemukim bertumbuh di daerah hulu itu dan atau alih fungsi lahan yang diprivatisasi dengan alasan apapun, dalam perkembangan sejarah pemukiman di daerah sekitar tiga danau itu. Penggundulan dan pengalihan hutan menjadi fungsi lain menyebabkan abrasi daerah sekitar danau mengakibatkan mendangkalnya dasar danau, karena lumpur sekitarnya akan semuanya berkumpul ke danau itu. 

4. Penyelamatan Tiga Danau sama dengan Penyelamatan Kehidupan di Pulau Bali

Tindakan penyelamatan dapat dilakukan dengan penanaman hutan kembali (reboasasi), pelarangan menggunakan vestisida berlebihan di daerah sekitar tiga danau, pelarangan pengalihfungsian hutan dan tanah danau menjadi daerah rambahan (dengan perketat dan penjagaan gabungan antara masyarakat cipil, gabungan aparat, polisi, tentara, adat, pacalang (Catur Desa  membuat Pacalang Danau). Mempercayakan kelestarian hutan hanya dengan Polisi Hutan, sama dengan menyerahkan nasib Bali dengan segelintir orang apalagi jumlahnya hanya sedikit, dan rawan divropokasi kelompok berkepentingan, atau dijadikan pemenuh kepentingan politik/ekonomi oleh struktur yang terlibat di dalamnya. jadi tidak boleh main-main menjaga dan melestarikan hutan lindung dan mengendalikan pencemaran air dan tanah di sekitar tiga danau tersebut. Kelompok pemukin Islam di daerah hulu dapat dikatakan merupakan pendatang baru, kalau dilihat dari keberadaan Banwa Gobleg, dengan demikian apapun agamanya, sistem religinya, dan kepentingannya diharapkan memiliki kesadaran tiga danau itu adalah kepala, jantung, dan paru-paru manusia Bali. Pemerintah yang merasa sebagai manusia Bali, dengan menggunakan kekuasaan dan politiknya harus menjadi laskar terdepan, peoner, pahlawan, relawan, dan dermawan dalam mengendalikan keutamaan danau itu. demikian juga pemukim nonhindu yang memiliki paradigma lain dalam memandang lingkungan (nonkonsep trihita karana) wajib diberikan preser agar ikut dan siap ikut dalam mengendalikan fungsi keberlanjutan danau itu sebagai centrum dan nafas Manusia yang hidup di Bali siapaun dia, etnik apapun dia, dan religi apapun dianutnya. Menjadikan danau sebagai aset ekonomi dengan merusaknya terutama dengan mendirikan kios-kios mendekat dan sampai ke bibir danau yang dilegitimasi pemerintah, merupakan tindakan konyol dan tindakan berlawanan dengan penyelamatan manusia Bali dimanapun mereka berada baik di Bali Utara maupun di Bali Selatan. Menghubungkan agama hanya dengan kehidupan setelah mati (Surga atau Neraka saja) adalah ajaran tidak mendidik menyelamatkan kehidupan manusia Bali di masa depan. Dengan dasar sertifkiat, ijin pemerintah, dan dasar milik pribadi (terutama penduduk yang memiliki legalitas setelah zaman kemerdekaan saja) adalah menggunakan NKRI sebagai senjata pembunuh manusia Bali, secara tidak disadari. Pemikiran ekstrim ini adalah pemikiran yang sering dianggap melawan hukum, tetapi ketika hukum yang diciptakan kemudian dengan legalitas negara, tetapi mengantar kematian bersama dapat dinegosiasikan dan dikompromikan dengan menggunakan kekuasaan seperti adanya bencana alam yang menimpa sebuah pemukiman dengan istilah transmigrasi bedol desa, dan legalitasnya dengan pemungutan suara dilakukan oleh seluruh manusia Bali, demi keselamatan bersama, dan jika tidak mau dibedol desa bagi perusak dan pencemar danau diberikan kesadaran bahwa danau itu menjadi pusat kehidupan manusia Bali, bukan dalam konteks sumber pendapat dari Pariwisata danau, tetapi dari danau sebagai sumber dari segala sumber mata air di Bali. Perambah hutan di daerah sekitar danau Beratan Misalnya dapat dicari asal-usulnya dari adanya Gunung Agung Meletus (1963-an), dan kebijakan kolonial Belanda memberikan penduduk perambah kontrak penggunaan hutan sekitar danau dijadikan Hutan Kopi di tahun 1930-an. 

5. Simpulan
Daerah hulu pulau Bali bagian Utara dan Selatan berupa Danau dan hutan lindung demi kelestarian air danau menjadi hal yang sangat penting dipahami oleh seluruh pemukim di sekitar tiga danau itu. Penduduk non-hindu yang tidak memiliki ideologi trihita karana harus dipaksakan melaksanakan pelestarian lingkungan danau dengan memperhatikan penggunaan tanah di sekitar tiga danau itu.Pemerintah dan masyarakat Bali wajib melindungi pusat hidup manusia Bali itu, karena melestarikan tiga danau itu sama denganmenyelamatkan hidup masa depan (sustaienble) Bali secara umum.























0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda