Selasa, 24 November 2015

Beda Filsafat Barat dan Timur

1. Ontologis Barat-Timur

Didasari oleh sudut pandang dunia sebagai objek untuk dipikirkan, diekploitasi, dan dimanfaatkan untuk kepentingan ksejahtraan masusia. Dengan menggunakan Ilmu Pengetahuan berbasis pancaindra maka ontologinya menjadi "ada yang dapat dicerna oleh pancaindra manusia". Jadi ada itu adalah ada yang dapat dipikirkan, dirasakan, dan diwujudkan di dunia ini, dan di sini dimana tempat kita hidup dan menjalani kehidupan. Dunia timur memahami hakikat ontologi itu, adalah "hana tan hana", ada itu dan yang ada di dunia ini disebabkan oleh yang tidak ada, dengan demikian yang hakiki ada adalah yang tidak ada itu. Kalau diandaikan memandang sesuatu dunia Barat melihat ke bawah, dan dunia Timur ke atas. Andaikan ulat dengan kupu-kupu. Kalau kupu-kupu mencari makan masih di dunia ini dengan mengisap sar bunga yang ada di tanah, dengan tanah sebagai tempat tumbuh pohon yang berbunga itu. Sedangkan ulat tidak memandang akar, daun, bunga semua yang ada di dunia ini dimakan dengan perutnya sebagai pengolah makanan untuk menjadi sari makanan itu, jadi bedanya seperti antara tanah dan langit. 

2. Secara Efistimologis

Bedanya bagaikan Paus dengan Arjuna. Panca Indra menjadi dasar berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam mengolah alam secara kultural (cultur=mengolah alam), sehingga dunia barat sebagai tempat lahirnya IPTEK. Sedangkan dunia Timur melakukan olah bhudi (Budayah=olah bhudi), hasilnya semua agama-agama besar terlahir di dunia Timur. Sejarah kelahiran agama-agama besar itu jauh sebelum tahun 1 Masehi sudah lahir, bahkan hindu sudah lahir sekitar 2000-1500 tahun sebelum masehi. 

Perbedaan dalam sudut pandang filosopis itu memunculkan cara pandang berbeda dalam memandang alam ini, dunia barat mengambil jarak dengan alam, sehingga menjadi eksploitatif, dengan IPTEK, lebih bersifat teknologis dalam membantu kelemahan pancaindranya, dan renungan terdalam dalam berbagai persoalan hidup menjadikan munculnya aliran filsafat barat yang juga berpengaruh ke dunia timur setelah terjadi kontak peradaban dengan dunia timur. 

Sedangkan dunia Timur memandang dirinya menyatu dengan alam (bagian dari alam), sehingga menjadikan dunia timur seperti lebih bersifat mitologis dalam menjelaskan hakikat hunungan manusia dengan alam. manusia, dan penciptanya. Pandangan yang berbeda itu menjadikan ciri-ciri keilmuan dan penemuan hakikat hidup berbeda-beda. Dharsana yang muncul atau filsafat yang muncul lebih banyak terkait dengan persoalan keberadaan kausa prima (brahman), atmat, dosa, surga, neraka, pengabdian, kerja dalam hidup dan sebagainya. Muncul berbagai sistem dan metoda dalam menghubungkan diri dengan-Nya, memaham-Nya dan sebagainya. yang Hana tan Hana itu ada dimana-mana masuk dan merasuk di seluruh ciptaannya. 

3. Aksiologi 

Nilai guna yang didapatkan adalah barat melakukan kajian mendalam terhadap alam, sehingga muncul ilmu-ilmu natural (natural science), beserta turunannya kemudian seperti komputer dan gelombang (TV, Radio dan sebagainya). Dunia Timur menguraikannya dalam bentuk mitologi, efos, dan cerita lainnya. Sehingga lebih banyak bersifat ideologis, magis, dan religis. 

Jika dilihat dari apa yang dihasilkan dengan menggunakan dua paradigma yang berbeda antara barat dan timur dapat dijelaskan, "kemajuan dan teknologi" memang anak dari filsafat barat, sedangkan agama dan sistem religi merupakan anak dari filsafat timur. Tentu pandangan antroposentris ini, dapat dibalik dengan memandang agama sebagai ciptaan Tuhan, sehingga dari agama itu muncul peradaban lain terkait dengan kehidupan manusia, tetapi persoalannya adalah apakah agama lahir mendahului kemampuan manusia berpikir, atau kemampun berpikir lebih menjadikan manusia beragama untuk menyelamatkan kehidupan yang dibayangkan dapat hancur jika tidak dikendalikan, karena nafsu manusia memiliki sifat serakah dan menghancurkan sehingga perlu agama dan atau filsafat (kebajikan) untuk mengendalikannya. 

4. Simpulan
Hubungan antara pengembangan agama dan ilmu membutuhkan diskusi yang memadukan antara religiusitan (theisme) dengan ilmuan mainded (atheisme). Tetapi sudah diberikan adegium oleh Einstain Agama tanpa Ilmu lumpuh, dan Ilmu tanpa Agama Buta, agar tidak lumpuh dan buta butuh ilmu dan agama, berarti membutuhkan harmoni antara peradaban barat dengan peradaban timur untuk mengantarkan dunia ini menuju kedamaian yang sejahtra. Dengan demikian tidak menciptakan Bom untuk menghancurkan manusia dan peradabannya, seperti pandangan ISIS dan teroris yang mengatasnamakan agama melakukan pembunuhan massal, jangan-jangan dan bisa jadi ada kepetingan politik dan ekonomi yang tersembunyi di baliknya. 




0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda