Besakih di Gunung Agung
1. Pengantar
Pertanyaan yang butuh jawaban mengapa di setiap gunung dan disetiap danau di Bali ditemukan pelinggih besar dan tua, serta terkait dengan banyak mitos yang ada di dalamnya. Terkait dengan Agama Hindu di Bali yang diwarnai oleh sekta-sekta yang pernah berkembang di Bali, menjadi sangat menarik untuk dipersoalkan. Tiga gunung yaitu Batukaru, Beratan, dan Batur "dasar atau sekta utamanya adalah waisnawa (sejak abad ke-8) datangnya Rsi Markandeya, dan tampak mengunggulkan dewa mahadewa dengan orientasi persembahyangan ke Barat yaitu ke Gunung Raung Jawa Timur. Kedatangan Kuturan tahun 1001 menjadikan dasar bergama di dominasi oleh sekta Brahma-Wisnu dan Ciwa (Agama Trimurti). Dengan pagu penataran terbelah empat (Catur Lawangan) dengan daerah astralnya ada di tengah-tengah, yang kemudian disubstitusi atau dihegemoni dengan ajaran trimurti. Pada abad ke-16 muncul kuat pengaruh Ciwa Sidanta, dengan konsep Ciwa-Sada Ciwa-Parama Ciwa, dengan melakukan substitusi pancadewata nyatur dengan dewata nawa sanganya.Gunung Agung paling istimewa, karena dikembangkan dan berkembang terakhir menjadi seperti hari ini.
Dengan saling dominasi dan hegemoni antara rwabhineda-trimurti- dan triciwa dengan dewa nawa sanganya, dimana sesungguhnya posisi pemujaan Tuhan di Besakih???
2. Segara-Gunung
Gunung dan Segara merupakan ideologi untuk mempertemukan dua posisi yang bertentangan dan bagian tengahnya dianggap sebagai pusat keseimbangan dan titik hidup dalam pandangan rwabhineda di Bali. Ada empat gunung yang memiliki posisi strategis terkait dengan nyegara-gunung di Bali, yaitu Gunung Batukaru, Gunung Beratan, Gunung Batur, dan Gunung Agung. Terkait dengan sistem religi di Bali gunung dijadikan titik puncak dunia sebagai daerah yang dapat dijelajah manusia dengan fisiknya, tetapi pikiran manusia memiliki daya jelajah yang lebih luas dengan daya jangkau filosofisnya. Gunung Beratan merupakan gunung Purba dengan tiga kepundannya yang sekarang telah menjadi danau Beratan, Bulian, dan Tamblingan. Di daerahn itu menjadi lokasi pemukiman manusia sejak zaman megalitikum, terbukti dengan di Pura Beratan ditemukan Palungan Batu (Sarkopagus) yang dimitoskan di daerah itu dulu dijadikan lokasi "nampah manusia' atau ngelawar jelema. Hal nampaknya tidak masuk akal, dan mustahil. Secara historis terkait dengan sistem religi bangsa melayu austronesia dengan hakiki pemuja leluhur dengan catur sanak-nya maka kemungkinan yang terbesar adalah untuk menempatkan jazad leluhur (kepala suku) dipuja di daerah itu, yang kemudain berlanjut sampai masuknya Hindu ke Bali. Sama dengan fakta historis yang sama ditemukan di Pura Ponjok Batu, dan Pura Tua lainnya di Bali.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda