Jumat, 26 Agustus 2016

Bali Aga dan Sistem Banwa di Bali

Bali Aga dan Sistem Banwa di Bali

1. Pendahuluan

Bali Utara sebagai daerah bagian pulau Bali telah didiami sekitar 250 tahun SM, sekitar 2.265 tahun, berdasarkan penelitian dan penggalian di daerah Cekik Gilimanuk. Kedtangan dua glombang bangsa Melayu Austronesia ke nusantara, sekitar 400 th SM melalui dua gelombang yaitu bangsa Melayu Proto Melayu, dan Detro Melayu. 

Gelombang pertama dari Asia Tenggara melalui jalan darat, dengan bukti penyebaran kapak gengap yang tersebar di Asia Tenggara melalui selat malaka, Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara. Kalimantan, Sulawesi, Irianjaya nyambung menjadi satu terus ke daerah Australia-Fiji sampai Madagaskar. Sedangkan Detromelayu menyebarkan kapak Lonjong, dengan melalui teluk Bachson Hoabinch ke selatan Filifina, Sulu, Sulawesi terus kw timur mengikuti persebaran Kapak Genggam. 

Pada zaman Megalithucum terjadi revolusi peradaban manusia pertama dalam berpkir abstrak, karena mulai mengembangkan sistem religi, dengan pemujaan, pemuliaan roh leluhur dilakukan dengan pembuatan banda-benada dari batu besar yang dipersembahkan pada leluhur, kepala suku atau pemimpin panutan yang dapat memberikan mereka perlindungan pada masa hidupnya (bather/betara) untuk manusia darat, dan atau pahlawannya pirate (manusia laut). diwujudkan dengan mendirikan bangunan dari batu besar, seperti sarkopagus, fondusha, lingga-yoni, funden berundak, tahta batu dan sebagainya.

Teknologinya sudah berkembang dengan adanya pengerjaan manik-manik, gelang perunggu, kapak batu dan sebagainya dapat dipahami dari bekal kubur (aban-aban/ funeral gift), sehingga dari sinilah asal muasal kata Ngaben yang berasal dari Ngaba+in menjadi ngaben. bukan dari ngabu+in, karena akan menjadi --wi-- kalau a+u dalam hukum bahasa.

2. Sistem Pemerintahan

Nampaknya sisem Banwa yang menjadi sistem pemerintahan yang pertama-tama disebutkan dalam prasasti, terutama yang ada di Bali, sebelum abad ke-11 diberlakukannya Pakraman dengan hanya berkewajiban punya Dalem-Puseh-Balai Agung, yang dibawah oleh Mpu Kuturan ke Bali yang disepakati dalam pertemuan di Samuan Tiga zaman pemerintahan Udayana dan Mahendradatta.

Sistem banwa itu adalah representasi terhadap pemahaman sang catur sanak manusia yang ada empat esensi, yaitu memiliki lokasi nyatur. Kelompok kesatuan empat desa menjadi satu lummrah disebut Desa Nyatur, contohnya Gobleg-Gesing-Munduk-Umajero (Agung Gobleg sebagai raja banwanya); SCTP di Banyusri raja banwanya, Menyali-galungan- lemukih---(tambahakan); Bulian-depaha-bayad....(tajun?); Dausa, pinggan, syakin, Sukawana; Songan-Trunyan, Kedisan-Buahan, disebut gebob domas (800/ 200x4. Raja mengendalikan banwa ini sebagai dasar pemerintahan dengan sistem kepengikutan dalam sekta yang berkembang.

3. Agama Bali Aga
,
Pada abad ke -8 Agama Hindu memasuki Bali, dari Gunung Raung dibawa oleh Rsi Markandeya, dengan banwa (pemerintahan aslinya), dan kepercayaan pada roh leluhur dengan catur sanaknya sebagai agama lokal pada saat itu disinkritiskan menjadi hindu bercampur dengan sistem religi lokal. Muncullah sektarian di Bali, dengan sistem banwa yang mulanya sesuku, berubah menjadi sesekta.

Orang-orang Bali Asli menganut ajaran yang dibawa oleh Rsi Markandeya (penganut alirannya) dengan pengikutnya dari wong aga di Gunung Raung Jatim, maka orang Bali Asli menjadi penganut sektarian dengan Taro Sebagai pusat pengembangan Hindu (Waisnawa). Desa -desa yang bertahan dengan keagaannya ini, kemudia dikenal dengan wong Bali Aga, sesungguhnya terdiri dari orang Bali Asli yang menganut ajaran Hindu yang dianut oleh Wong Aga dengan Rsi Markandeya sebagai otak pengembangnya.

4. Efilog

Dengan melihat kesamaan latar belakang sejarah seperti diuraikan di atas, maka wong Bali Aga adalah memiliki kesamaan nasib setelah datangnya Mpu Kuturan dan terutama dengan  datangnya Danghyang Nirartha pada abad ke-16, menjadi kelompok masyarakat yang ditrimurtikan dan diciwakan, yang sampai saat ini (abad ke-21) PHDI adalah perpanjangan tangannya

Jadi dapat dikatakan seluruh wong Bali Aga adalah bersaudara, dan dijadikan objek untuk didegradasi ke ajaran baru, tetapi saking kuatnya ideologi yang dimiliki, sampai saat ini dapat bertahan dengan keagaannya.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda