Senin, 27 November 2017

JEGEG BAGUS BALI 2017

JEGEG BAGUS BULELENG 2017
SEJARAH, KEBUDAYAAN, DAN  MORAL
DALAM PERSPEKTIF LOKAL  
Oleh
Dr. I Made Pageh, M.Hum.
Email: madepagehundiksha@gmail;
Blog: kajiansejarahbaliutara.blogspot.com
Dosen FHIS Pendidikan Sejarah Undiksha

Bagian I
  1. PENDAHULUAN
Tulisan yang berjudul “Sejarah, kebudayaan, dan seniI ini merupakan tema diberikan oleh panitia jegeg Bagus, dalam rangka untuk memberikan pembekalan pada  peserta dalam mengikuti kompetisi Jegeg-bagus di tingkat Provinsi. Jegeg secara fisik adalah memang sudah dibawa dari sononya, tidak dapat diubah, hanya dapat dipermaks dengan menggunakan liftik, pakaian, dan asesoris pendukungnya. Tentu hal ini adalah pekerjaan tukang rias, yang memahami peradaban tatarias mutakhir sesuai dengan trennya.
Memberikan pemahaman sejarah, budaya, dan seni adalah usaha untuk mempercantik dan memperganteng jegeg-bagus dari “dalam”membangkitkan “inner power” peserta jegeg bagus. Dalam konteks inilah pembekalan ini  diberikan, sehingga peserta jegeg-bagus Buleleng menjadi memiliki pengetahuan sejarah, budaya, dan seni terkait dengan kejegeg-bagusan Bali.
Orang Bali disebut J-B kalau dia dapat memahami dirinya (etika), bangsa/masyarakatnya (multikultural), dan negaranya (Pancasila, UUD 1945, kebhinekaan, dan NKRI). Dalam waktu yang sangat singkat akan dipilihkan materi yang sangat penting terkait dengan Jegeg-Bagus-Buleleng (JBB 2017).
Terkait dengan latar belakang itu maka dirumuskan masalah yang akan dibahas dalam pembekalan JBB 2017 ini: (1) Bagaimana selayaknya untuk menjadi JBB 2017 itu? (2) Bagaimana JBB 2017 menempatkan diri pada masyarakat berbhineka? (3) Bagaimana menempatkan berbangsa dan bernegara sebagai wakil JBB 2017?
Fokus kajian diposisikan sebagai orang Bali, yang punya sejarah, budaya, dan seni Bali, sehingga ukuran, nilai, dan filosofis diposisikan sebagai pengejawantahan sejarah, peradaban, seni Bali, khususnya sejarah, etika, budaya, adat, dan agama Hindu di Bali. Jadi perspektif tulisan ini adalah kearifan lokal Bali, peradaban, budaya, dan seni Bali.
Prosedur penulisan menggunakan metodologi ilmu sejarah dan sosial-budaya dengan pendekatan kritis. Dengan demikian akan sangat bermanfaat bagi JBB 2017 ini.

Bagian II
2.1 Jatidiri Menjadi JBB 2017
Sebagai orang Bali wajib memiliki dasar-dasar sebagai orang Hindu Bali:
1.     Srada yaitu dasar-dasar kepercayaan orang Bali:
a.     Percaya pada Brahman, Dewa, Bhatara, dan bhuta-kala, bhuta kali.
b.     Percaya pada Atman, roh leluhur, beserta saudara empatnya.
c.     Percaya pada hukum karma phala, perbuatan baik dan buruk (suba-asuba karma).
d.     Percaya pada punarbawa, tumitisan kembali, trah, wangsa, dan kulit (warna).
e.     Percaya pada jiwan mukti, dan moksah.
f.       Percaya pada ritual life circle, hubungannya dengan  bhuwana Agung vs. Bhuwana Alit,  sebagai ciri khas orang Bali berbudaya Bali.
g.     Mengintegrasikan pemujaan Tuhan, Alam, dan Roh Leluhur beserta saudara bhatinya (sedulur bathinnya).

2.   Paradigma Masyarakat Bali Berbhineka (Desa Kala Patra).
2.1 Khebinekaan karena adanya: 
Sejarah agama Hindu ke Bali dibawa oleh para pahlawan budaya (cultural heroes), berbeda dasar ideologi:
a)    Rsi Markandeya dengan ideologi hibridasi rwabhineda+ kepercayaan roh leluhur dan catur sanaknya. Datang abad ke-8 membawa Wong Aga dari Gunung Raung, bergabung dengan Bali Mulamenjadi Wong Bali Aga, Perapatan Agung (+) sebagai daerah astral ritual.
b)    Empu Kuturan, dengan ideologi trimurtinya, menjadi sekta trimurti, penggabungan beberapa sekta, dan muncul sistem “padma trilingga, meru dai tumpang 2,3,5,7,9,11”. Datang abad 10 (jaman Prabu Udayana + mahendaradatta).
c)    Dang Hyang Nirartha (abad ke-16), Ciwaistik-Padmasana. Datang zaman gelgel (purohito kerajaan di Bali).
d)    Hibridasi, Mimikri, dan akomudasi budaya lainnya, memunculkan kebhinekaan (desa, kala, patra) di Bali.

2.2 Penerapan Budaya Agama Hindu mengikuti desa,kala, patra.
Tiga Kerangka Agama Hindu
Wujud Budaya
Tatwa : Pancasrada (5 Dasar)
Paradigma (sudut pandang):
-Serba Dua (Rwabhineda);
-Serba Tiga (Trimurti);
-Serba Empat: Catur sanak
-Serba Sembilan: Dewa Nawa Sanga
- Trihita Karana; Tatwam Asi, dll.
1.     Sistem ide, gagasan, cita-cita, etik.

Susila/Etika :
·         Trikaya Parisudha
Ø  Manacika: pikiran
Ø  Wacika: bahasa- ujaran, bhs tubuh, mimic-pantu mimic.
Ø  Kayika: perbuatan baik-buruk
·         Tatwan Asi: kamu adalah saya-saya adalah kamu
·         Karmaphala: ala kinardi ala tinemu, ayu kinardi ayu tinemu.


2.     Sistem Sosial-budaya (pola budaya/prilaku).
- menari rejang, pendet,
- ngarap wadah, dll
Upacara/ritual:
1.     Dewa Yadnya
2.     Pitra Yadnya
3.     Rsi Yandnya
4.     Manusa Yandnya
5.     Bhuta Yadnya.
3.     Artefak (Benda Budaya):
-          Gong Kebyar
-          Busana adat
-          dll
§  Ada banyak upacara terkait dengan alam, dan pemujaan roh leluhur, dan catur sanaknya.
§  Ada tujuh cultural universal

2.3  Pengaruh Budaya Modern (Globalisasi).
                        a. Penduduk Asing ke Bali
                        b. Aliran Kapitalisme Asing ke Bali
                        c. Media Massa, TV, Radio, Internet, Android, Majalah, Koran dll.
d. Ideologi Asing (kapitalism, libralism, materialism, hedonism, moneytheism, dll).
e. Desakralisasi, profanisme budaya inti (core cultural) Bali.
f. Industri pariwisata di Bali.     

2.4 Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
§  Pancasila dan UUD 1945: (Pancasila, Pancasila dalam Piagam Jakarta.
§  Bhineka Tunggal Ikha, diambil dari kitab Suta Soma: “Bhineka Tunggal Ikha tan hana dharma mangruwa”. Indonesia menuju masyarakat multikultur.
§  NKRI: tonggak sejarah penting: 1908, 1928,1945, 1965, 1998.
§  Pendidikan: Sehat Jasmani dan rohani, mencerdaskan kehidupan bangsa, dalam pergaulan dunia bebas-aktif, menuju masyarakat adil dan makmur.
2.5Seni budaya
§  Seni Sakral
§  Seni Bebali
§  Seni Balih-balian
§  Munculnya seni modern (1930-an), merupakan  Balinisasi zaman kolonial Belanda.

2.6 Beberapa tip penting sebagai jegeg-bagus:
1.     Gunakan selalu pikiran dan kecerdasan dalam bertindak, jangan tergesa-gesa, dewasa, terkontrol, dan berbahasa yang benar, gunakan bahasa tulis dan bahasa lisan secara sopan, dengan logika yang jelas.
2.     Bahasa bukan hanya bahasa lisan, atau tulis yang akan dinilai, tetapi juga bahasa tubuh, mimic –pantu mimic, gerak tangan, sikap badan, keramahan yang memang dibuat datang dari dalam hati (sungguh-sungguh) dalam segala tindakan.
3.      Berbahasa yang logis, ikuti: S-P-O-K/ (S)ubjek- (p) redikat- (O)bjek- (K) eterangan (Ket. Tempat, waktu, jumlah, kwalitas, warna, dll) sampai dianggap cukup. Kurang jelas dilengkapi dengan contoh-contoh yang mudah dimengerti.
4.     Mudah senyum, senyum yang mantap jangan cengingikan, dan monyer.
5.     Disiplin menggunakan waktu: tepat waktu bicara, tepat waktu datang, tepat waktu dalam segala hal, (harus selalu tepat waktu/disiplin dalam segala hal).
6.     Hindari main HP dihadapan publik, yang dapat memberikan kesan autis.
7.     Selalu Rapi dalam bicara, rapi dalam berpakaian, rapi dalam penampilan, sederhana dalam tuntutan, tapi kreatif dalam berbagai kesempatan.
8.     Jujur, setia wacana, mandiri, pemberani, kreatif.
9.         Cerdas intelektual (hard skill), cerdas emosional (soft skill), dan

2.7  Cerdas Spiritual (soft skill):
Spiritual Bali  perhatikan etika nusantara sebagai berikut, tidak cukup hanya percaya, tetapi ada dasar strukturnya juga, sebagai orang terpelajar, ada logikanya.

BAGIAN III 
Penutup
2.8Simpulan
Bali memiliki landasan filosofis yang sangat arif dan bijaksana dalam memandang dirinya, masyarakatnya, dan bangsanya. Sejarah kedatangan cultural heroes mempengaruhi terjadinya hibridasi dan mimikri budaya. Sedang munculnya seni modern di Bali didorong oleh pariwisata, yang dikembangkan oleh Pelukis Tuan Rudolf Bonnet dan Walters Spies melalui yayasan Pita Maha di Ubud Gianyar. Semuanya diperuntukkan pada dunia pariwisata, yang akarnya sudah dihemeokan oleh kolonialBelanda.
2.9Rekomendasi
Direkomendasikan agar JBB 2017 mendapatkan pengetahuan lebih dari  sebalumnya, dan dapat megusulkan beasiswa bagai siswa yang miskin dan atau cerdas. Semoga sukses!!!!


Singaraja, 28 November 2017
Dr. I Made Pageh, M.Hum. 

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda