Senin, 09 Januari 2023

 SEJARAH DAN KUASA

1. Pengantar        

    Sejarah sering dipandang sebagai ilmu sampingan dan bahkan tidak penting diajarkan di sekolah, karena sejarah mengantar manusia menjadi tidak bebas menetukan pilihannya, karena terbelenggu oleh jejak sejarah masa lalu, sehingga manusia sulit diajak maju dengan cepat. Padahal Imanuel Kant sendiri mengakui bahwa dirinya tidak dapat menanyai sendiri "pencerahan" tanpa bantuan sejarah.  jadi  sejarah adalah ilmu sangat penting untuk hidup dan kehidupan ilmu pengetahuan, manusia, termasuk sejarah Tuhan dan sebagainya. Dengan demikian bagaimana posisi sejarah dalam konteks itu? Bagaimana sebenarnya kuasa bermain di balik sejarah?


2. Apa itu sejarah dan Maukah Kita Belajar dari Sejarah.

        Sejarah adalah disiplin esensial untuk pemahaman kontekstual apa pun. termasuk sebuah ilmu murni, filsafat, politika, atau apa saja. Ilmu murni sesungguhnya tidak pernah benar-benar murni, karena segala sesuatunya terpahami dan hanya bisa dijelaskan dalam di dalam konteks sejarahnya. Politika adalah sebuah disiplin yang tentu saja bersifat historis, terpenting dari semuanya adalah kontrol pengetahuan adalah kontrol yang dijalankan oleh sejarah untuk kepentingan kekuasaan politik. dengan demikian sejarah telah membentuk baik masyarakat lokal tempat kita hidup maupun pengetahuan yang digunakan oleh masyarakat karena dengan sejarah dia mendefinisikan dirinya. pengetahuan sebagai pengetahuan ilmiah tidak pernah independence atau murni, ia selalu terletak pada konteks historis dan sosial. 

        Sejarah dapat dijadikan sarana belajar, karena dia adalah guru pengalaman, exsparion is the best teacher, pengalaman individu disebut biografi, sedangkan pengalaman kolektif disebut sejarah. Sejarah sebagai disiplin esensial menempatkan waktu/tempat peristiwa, agensi dan struktur sebagai kesatuan utuh. Dengan sejarah tidak tertubruk pada tiang yang sama berkali-kali, seperti bayi baru bisa berjalan, sehingga jalannya oleng, seperti orang habis minum alkohol. Dengan sejarah waktu dan perjalanan panjang dari masa lalu, selalu menjadi obor kehidupan, menjadi pelita dalam kegelapan, terutama setelah manusia selesai ngurus perut (sudah tua), selalu bertanay "darimana saya, sudah sampai dimana saya, dan akan kemana saya? terakhir mengevaluasi diri dengan melihat sisa waktu dan tempat berdirinya, apa yang terjadi jangan-jangan kehendak mengubah dunia, keluarganya sendiri tidak mampu diubah, terakhir termasuk tidak dapat mengubah dirinya sendiri, karena sudah terlanjur lewat (tan weruh ing raga, tan weruh ing pinuju dalam bahasa Jawa). Dengan demikian sejarah adalah untuk menemukan kebajikan sang diri, sehingga menjadikan hidupnya penuh pencerahan, weruh ing tata kramaning wong, semuanya akan kembali ke asalnya masing-masing. Kekayaan akan kembali ke asal kekayaan, kebahagiaan akan kembali ke asal kebahagian, badan kembali ke unsur panca maha bhuta, sang roh pulang ke kampung halamannya, dan sang diri kehilangan segalanya, termasuk ingatan, pengetahuan, apalagi kekayaan harta benda maupun intelektual atau keweruhan, menuju alam asalnya. hanya sejarah akan mencatat itupun kalau sang diri mencatatkan dirinya (misalnya berbuat kemanusiaan, menulis gagasannya, membuat tergores diingatan anggota kolektifnya. terutama di era digitalisasi (computasi cloud)  yang berfungsi sebagai Sang Suratma modern, jejaknya akan dapat dilacak. Atau berbuat kemanusiaan dengan menyumbangkan organ tubuhnya untuk tetap melangsungkan kehidupan di dunia ini "asal kosong kembali kosong, dan asal berisi kembali berisi, persoalannya bagaimana manusia melakoni hidup di dunia ini, pilihannya apakah  kosong berisi atau berisi kosong, dan atau keduanya, menjatuhkan pilihan itu adalah kebebasan manusia untuk menetukan. 

    Jadi sejarah sangat esensial dijadikan pelajaran hidup, dalam melakoni hidup menjadi lebih hidup (life to be life). Sejarah terpenting untuk belajar kebajikan hidup karena sejarah membentuk lingkungan dimana kita berada, dan termasuk mau belajar apa. jadi maukah kita belajar dari sejarah, bukan dapatkah kita belajar dari sejarah, perhatikan bentuk pertanyaan klasik ini. 

3. Kuasa dan Sejarah

        Sejarah sering digunakan untuk mendisiplinkan masyarakat dalam mempertahankan keuasaan. sejarah merupakan sarana terbaik untuk melangengkan kekuasaan, tentu belajar sejarah adalah belajar melanggengkan kekuasaan, di sisi lain juga memanusiakan dirinya sebagai manusia. manusia sebagai makluk otonum dalam menentukan pilihan dalam hidupnya, tentu akan belajar dari pengalannya sendiri (sejarah sang diri), di samping kalau mau lebih univers dalam belajarnya, dia akan mempelajari sejarah yang terkait dengan dirinya, agar mendapatkan pencerahan dalam mengarungi kehidupan. Jangan menilai bunga melati dengan ukuran bunga mawar, karena akan menghasilkan penilaian yang slah, karena dasarnya yaitu pengukurannya salah. Jika belajar sejarah sebagai penguasa (science is a power), tentu akan menjadi penguasa yang wisdom, karena kuasa jika penguasanya telanjang dada, buta, dan penuh emosi, dan sewenang-wenang menggunakan kekuasaan celakalah dunia yang dikuasai. Kekuasaan selalu bermain dalam arta, tahta, dan wanita (status) kendalinya semuanya ada pada kesadaran dan pengendalian emosi, tenggang rasa, teposelero, sehingga sekali-kali sadari bahwa kekuasaan itu sangat memabukkan, dan menyenangkan. mabuk dan senangnya sebanding dengan celaka dan penderitaannya. sejarah mengajarkan semuanya itu, jasmerah, kata Soekarno, walaupun dirinya dengan terang-terangan sebagai pengagum supernatural, alam, seni, falsafah, dan wanita.  

4. Efilog

    Sejarah disiplin esensial untuk memahami apa saja secara kontekstual, termasuk filsafat dan ilmu murni. sejarah obor, pelita, guru terbai, dan sumber kebajikan (memanusiakan manusia), karena kesadaran kritis terhadap kekuasaan, kapital, dan labido dapat dipahami dari sejara. Kekuasaan sangat mudah tergoda oleh sejarah untuk menerapkannya dalam kuasa. semoga dapat bermanfaat (Pageh, 09-01-2023.  

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda